Senin, 18 Januari 2010

Tugas Artikel Ritual Sambut 1 Sura

· NILAI
Orang-orang mengadakan ritual seperti tirakat dan bermalam di petilasan, mandi dan berendam, memandikan benda-benda pusaka agar benda kesayangan itu lebih terawat serta mempererat persahabatan diantara warga-warga yang datang di tempat-tempat tertentu yang mereka anggap “keramat” seperti halnya di Tugu Suharto, Bendan Duwur Kec.Gajah Mungkur, Lawang Sewu, Kawasan peg. Desa Rahtawu Kec. Gebog, Solo. Semua hal tersebut memiliki unsur tujuan berbau klenik terkait dengan meminta keselamatan dan kesejahteraan kepada yang gaib.
Selain itu ritual 1 sura ini yang sudah merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Jawa tetap berlangsung meskipun banyak dari mereka saat ini tidak lagi mengetahui tujuan atas diadakannya ritual tersebut.

· KEPERCAYAAN
Bagi warga Desa Baleadi Kec. Sukolilo Kab. Pati riual 1 sura adalah untuk keselematan jiwa, lingkungan, menjauhkan bencana alam, hingga diberkatinya hasil pertanian. Dari berbagai ritual yang diadakan untuk memperingati 1 sura, dengan berbagai tujuan, telah beradaptasi menjadi suatu kepercayaan bagi masyarakat Jawa pada umumnya. Mereka yang berendam di Tugu Suharto mereka meyakini bahwa keinginan mereka akan terkabul jika melakukan ritual tersebut, sedangkan bagi warga yang bermalam di petilasan Pertapaan Begawan Eyang Sakri di Peg. Desa Rahtawu mereka meyakini akan mendapatkan berkah dan kemudahan hidup.

· PERILAKU
1. Memandikan sepeda onthel dengan air dan bunga di depan Gedung Lawang Sewu Kota Semarang.
2. Ritual berendam atau kungkum di tugu suharto.
3. Berziarah di Kawasan Peg. Desa Rahtawu.
4. Menggelar tradisi Barikan yaitu menyembelih seekor kambing bagi warga Des Baleadi Kec. Sukolilo
5. Menonton kirab Kerbau Bule di Alun-alun Keraton Surakarta.

MENYELARASKAN DIRI DENGAN ALAM GUNUNG SLAMET
· NILAI
Memperingati hari 1 sura bagi sebagian masyarakat dimaknakan sebagai refleksi diri, keprihatinan, dan rasa syukur kepada Tuhan. Seperti pendakian Gunung Slamet yang merupakan bentuk ritual peringatan 1 sura ditujukan untuk menyampaikan rasa syukur dan memanjatkan doa keselamatan kepada Tuhan, hal lainnya yang adalah untuk menjaga kelestarian hutan dan semakin menumbuhkan kecintaan kepada alam.

· KEPERCAYAAN
Dalam pendakian Gunung Slamet ada wewaler atau larangan yang harus ditaati oleh pendaki, seperti tak boleh mengambil tumbuhan di hutan, mengotori mata air, membuang sampah seenaknya, membawa jimat, berkata tak pantas, dan bersikap sombong. Ritual pendakian Gunung Slamet dimulai dengan selamatan, berbagai macam umbarampe digelar dalam acara itu seperti tumpeng, buceng, urap-urap, kemenyan, dan berbagai macam masakan. Ada tujuh “penunggu” Gunung Slamet yang diyakini masyarakat sekitar, yakni Mbah Renti, Mbah Atas Angin, Mbah Tapak Angin, Mbah Semput, Mbah Brantayuda, Mbah Sapujagat, dan Mbah Raga. Sebagian masyarakat di sekitar Gunung Slamet meyakini apabila ada pendakian harus meminta ijin ”Para Penunggu” tersebut terlebih dahulu dengan mengadakan berbagai ritual sebelumnya.

· PERILAKU
Mengadakan selamatan dengan bermacam-macam umbarampe seperti tumpeng, buceng, urap-urap, kemenyan, dan berbagi macam masakan sebagai bentuk sesaji yang harus dilakukan oleh para pendaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas Klub