LENGGER BANYUMAS
A. LATAR SEJARAH
Lengger merupakan jarwo dhosok yang berarti leng sing gawe gégér (lubang yang membuat geger). Disebut juga ronggeng yang juga jarwo dhosok, berarti ronging ketunggeng (lubang tempat hunian ketonggeng). Istilah “leng” maupun “rong” sama-sama berarti lubang yang merupakan simbolisasi dari alat kelamin wanita. Hal demikian terkait dengan pertunjukan yang dilakukan oleh penari wanita muda usia yang lenggang-lenggok mengolah gerak dan suara serta bahasa tubuh yang ditampilkan di atas pentas yang berpotensi mengundang birahi kaum pria. Yang membedakan lengger dan ronggeng adalah wilayah sebarannya. Lengger lebih berkembang di sisi kiri aliran sungai serayu, sedangkan ronggeng berkembang di sisi kanan sungai serayu. Namun pada intinya kedua-duanya sama, tarian rakyat yang diiringi dengan menggunakan perangkat musik calung, krumpyung ataupun ringgeng. Ada pula yang menyebutkan bahwa istilah lengger berarti ana celeng padha geger. Pengertian ini tidak lain berkaitan dengan pola kehidupan tradisional agraris masyarakat yang bermukim di daerah Banyumas. Kultur petani di daerah ini telah melahirkan tradisi lengger yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial masyarakat setempat. Kalimat ana celeng padha geger diilhami oleh hama babi hutan yang merusak tanaman pertanian (padi, jagung, jewawut, ketela pohon, dan lain-lain). Apabila sekelompok babi hutan datang merusak tanaman pertanian maka masyarakat geger dengan membunyikan berbagai bunyi-bunyian untuk mengusir hama tanaman tersebut. Kebiasaan ini kemudian diungkapkan kembali melalui tabuh-tabuhan alat musik yang diberi tari-tarian yang akhirnya disebut dengan istilah “lengger”.
Bagi mayarakat Banyumas, lengger atau ronggeng berlangsung searah dengan denyut nadi kehidupan masyarakatnya. Tarian rakyat ini adalah media ungkap ekspresi pengalaman estetis masyarakat pedesaan. Tetapi ia juga sarana upacara kesuburan, sarana tontonan, sarana hiburan, sarana integrasi sosial dan sarana pernyataan jatidiri. Semua itu berlangsung bersama dalam geliat kehidupan masyarakat pedesaan yang sederhana, lugu, terbuka dan egaliter. Dulu penari lengger adalah pria yang berdandan seperti wanita, kini penarinya umumnya wanita cantik sedangkan penari prianya hanyalah sebagai badut pelengkap yang berfungsi untuk memeriahkan suasana karena tingkahnya yang lucu, badut biasanya hadir pada pertengahan pertunjukan. Jumlah penari lengger antara 2 sampai 4 orang, mereka harus berdandan sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat menarik, rambut kepala disanggul, leher sampai dada bagian atas biasanya terbuka, sampur atau selendang biasanya dikalungkan dibahu, mengenakan kain/jarit dan stagen. Lengger menari mengikuti irama khas Banyumasan yang lincah dan dinamis dengan didominasi oleh gerakan pinggul sehingga terlihat sangat menggemaskan. Peralatan gamelan calung terdiri dari gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong dan gong yang semuanya terbuat dari bambu wulung (hitam), sedangkan kendang atau gendang sama seperti gendang biasa. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lebih dikenal sebagai sinden.
Download selengkapnya di sini
Selasa, 19 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar